Senin, 07 Juli 2014

Ya allah aku lelah sekali dengan semua ini. Sampai kapan aku harus menikmati gelombang yang ada dalam keluargaku? Angin, hujan, petir, kabut, dan bahkan badaipun sudah aku rasakan. Namun matahari itu tak kunjung muncul. Ya allah aku sudah mulai putus asa.

Pada hakekatnya di dalam kehidupan manusia itu tidak boleh menyerah. Harus selalu berjuang untuk mempertahankan hidup dan mendapatkan surganya allah. Tapi apa tidak boleh manusia memiliki rasa capek dan lelah? Aku sudah merasakan pahitnya hidup ini. Aku bahkan tak sanggup untuk bernafas dan tersenyum lagi. Aku selalu menipu diriku.

Hancurnya rumah tangga kedua orang tuaku membuat luka dihati kami sebagai anak-anaknya. Keluarga itu ibarat GELAS KACA. Akan terlihat indah jika di isi dengan minuman yang menarik. Akan bahagia ketika isi dari gelas kaca itu dapat memadamkan rasa haus manusia. Namun akan terlihat tidak berguna apabila retak dan kotor. Ya allah retak kah keuarga ini?

Aku ketakutan menjalani hari-hariku yang penuh dengan air mata dan rasa keecewa. Aku memng berdiri dengan kakiku tapi aku berdiri tanpa hati. Hati ini terlalu sakit untuk menghadapi hari demi hari.

Kami seakan hidup sendiri-sendiri. Ayahku dengan dunianya, kakak-kakakku dengan kehidupan keluarganya, ibu dengan rasa sakitnya, dan aku . . . terombang ambing entah gimana/kemana.